“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid: 20)
Kematian adalah lumrah kepada setiap kehidupan. Mati juga adalah kembar kepada hidup. Tidak terlewat sesaat dan tidak juga dipercepatkan sesaat. Mati tidak menunggu kita tapi kitalah yang menunggu kematian. Countdown kematian tiada siapa yang boleh membilang. Tempoh kehidupan tak siapa berani merancang. Yang dirancang ialah apa yang bakal ditinggalkan dan apa yang hendak dibekalkan.
Tanya pada diri kita berapa yang kita peruntukkan untuk bekalan ditinggalkan dan berapa pula untuk yang dibawa.selepas tanya diri periksa la pula kualiti bekalan yang mungkin luput tarikhnya, sudah lama tidak di upgrade, tidak ditambah nilai dan semakin kusam. Maka dari situ kita gilap dan tambah kembali bekalan tadi hingga jemu. Maka jemu itu menjadikan detik-detik kematian terus saja berjalan menghampiri tanpa henti.
Kematian adalah pintu kehidupan sebenar. Kehidupan yang kekal abadi tiada lagi kematian di kehidupan ini. Persiapkan lah diri untuk menuju ke alam itu. Alam yang tiada penghujungnya dan kematian tiada lagi mengejar.
Tanyalah pada diri kita adakah kita sedang mengejar kehidupan selepas kematian. Adakah kita ingin kekal kepada kehidupan dunia sebagaimana kepercayaan orang kuno ??? demikian berakar umbi hal ini sehingga orang-orang mesir kuno meyakini kebenaran keabadian manusia, sehingga mereka menciptakan kaedah yang dapat megawet ratusan bahkab ribuan tahun.
Konon Socrates pernah berkata, sebagaimana dikutip oleh Asy-Syahrastani dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal (1:297),
"Ketika aku menemukan kehidupan (duniawi) kutemukan bahwa akhir kehidupan adalah kematian,
namun ketika aku menemukan kematian, aku pun menemukan kehidupan abadi. Kerana itu, kita harus prihatin dengan kehidupan (duniawi) dan bergembira dengan kematian. Kita hidup untuk mati dan mati untuk hidup."
Namun bagiku dan anda cukuplah…cukuplah mati sebagai peringatan..
Halaman
27 Aug 2011
CUKUPLAH MATI SEBAGAI PERINGATAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment